Rock Tak Takut Hujan
Kompas Minggu, 10 Oktober 2010 | 04:00 WIB

Hujan lebat pada Jumat (8/10) sore di kawasan Ancol akhirnya reda. Namun, mendung tebal tidak mau menyingkir hingga larut malam. Ini tampaknya bukan masalah besar bagi ribuan penonton Gurang Garam International Music Java Rockin’land 2010 yang diklaim sebagai festival rock terbesar di Asia Tenggara.
Sebagian besar penonton malah tampak telah siap dengan kostum ”hujan-hujanan”, seperti ponco, jas hujan, payung, celana pendek, dan sepatu bot.
Mereka tidak peduli, lapangan tempat acara berlangsung tergenang air dan berubah menjadi bubur lumpur. Mereka tidak peduli gerimis membuat tubuh basah dan dingin.
”Kalau enggak mau kehujanan, pergi dugem aja. Enggak usah kemari,” teriak Andy /rif ketika tampil di panggung utama. Teriakan Andy disambut tepukan riuh sekitar 1.500 orang yang menonton penampilan /rif (singkatan dari rhythm in freedom).
Musik pun bergema. Lengkingan gitar terdengar tajam di telinga. Band /rif menggebrak penonton dengan kombinasi lagu baru dan lamanya, seperti ”First Kiss” dan ”Radja”. Dan, penonton berjingkrak di bawah rinai gerimis.
Penonton festival rock memang militan. Oki Ogapranata (29) bersama empat temannya sengaja datang jauh-jauh dari Cirebon untuk menonton band asal AS Smashing Pumpkins serta dua band lokal, yakni Pure Saturday dan Gugun and The Blues Shelter.
”Tahun depan kami akan datang lagi dengan persiapan lebih matang. Bawa jas hujan dan sepatu bot,” tambah Oki.
Komunitas band
Sebagian penonton yang datang adalah anggota komunitas penggemar band. Ketika The Flowers tampil di Panggung Tebs, komunitas penggemar fanatiknya yang bernama Sarang Rajawali Rajawati setia menonton band itu meski jam telah menunjukkan pukul 02.00.
Mereka larut dalam entakkan musik dan ikut menyanyikan lagu-lagu andalan The Flowers, seperti ”(Tolong) Bu Dokter”, ”Rajawali”, dan ”Nggak Ada Matinya”. Di antara penggemar The Flowers, ada wajah Riri Reza, sutradara film.
Di Panggung Doom, anak-anak muda berbahasa Sunda bergerombol menyaksikan band britpop asal Bandung, Pure Saturday. Suasananya mirip seperti konser Pure Saturday di Bandung, bukan di Jakarta.
Tahun ini band lokal yang tampil di Rockin’land sebanyak 110, sedangkan band asing 15. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu, yakni 100 band lokal dan 7 band asing. Band asing yang tampil tahun ini antara lain Smashing Pumpkins, Datarock, Arkarna, Stereophonic, Wolfmother, dan Stryper.
Sementara itu, band lokal yang tampil antara lain Superman is Dead, Slank, PAS Band, Boomerang, The Sigit, Burgerkill, Koil, dan Netral. Sebagian band memiliki komunitas penggemar yang solid dan senantiasa mengikuti band idolanya ke mana mereka pergi.
Di Rockin’land cukup mudah untuk menentukan band mana yang memiliki basis komunitas penggemar. Jika ada band yang tiba-tiba ditinggalkan sebagian besar penonton karena ada band lain yang tampil, band itu mungkin tidak memiliki basis komunitas. Sebaliknya, jika sebuah band main di panggung mana pun dan jam berapa pun, tetapi tetap ditonton banyak orang, band itu sangat mungkin punya komunitas yang cukup solid.
Pada akhirnya, Rockin’land menjadi semacam ajang pesta pertemuan antara band dan komunitas penggemarnya. Setidaknya, gejala ini terlihat pada Rockin’land tahun ini dan tahun lalu.
Potensi rock
EQ Puradiredja, Koordinator Program Java Rockin’land, melihat penggemar rock di Indonesia sangat besar, bahkan jauh lebih besar daripada jazz. Karena itu, dia yakin Rockin’land akan berkembang dari tahun ke tahun.
”Sekarang, agen (yang jadi penghubung band asing) sudah banyak tahu soal Rockin’land. Kalau kita bisa menyelenggarakan ajang ini secara rutin setiap tahun, saya yakin band dunia yang paling terkenal pun suatu ketika akan nyangkut (main) di sini,” ujar EQ.
Dia gembira karena respons publik rock di Indonesia sangat baik. Tahun lalu, Rockin’land ditonton sekitar 45.000 orang dan tahun ini ditargetkan 60.000 orang.
Lantas, apakah ajang ini akan berhenti sebagai hiburan semata? EQ menjawab, musik, termasuk rock, bisa menjadi pelepasan bagi orang-orang yang lelah dan frustrasi dengan keadaan di negara ini. Ajang ini juga bisa mendudukkan musisi asing dan musisi lokal di satu festival yang sama.
Selain itu, Rockin’land memberikan publisitas yang positif bagi Indonesia di luar negeri. ”Kami ingin memberikan kebanggaan kepada orang Indonesia lewat rock,” tambah EQ. (BSW/SF)
Posted with WordPress for BlackBerry.