Kompas | Minggu, 9 Januari 2011

Solo, Kompas – Hujan yang mengguyur Kota Solo, Sabtu (8/1), tak menyurutkan semangat sekitar 20.000 penonton yang memadati Stadion Manahan, Solo, guna menyaksikan lahirnya kompetisi baru, Liga Primer Indonesia, yang ditandai oleh kemenangan Persema Malang atas Solo FC, 5-1. Kedua tim bersepakat, laga itu mengawali semangat pembebasan sepak bola Indonesia yang lama terkekang dalam kompetisi yang kehilangan kredibilitas.

”Saya melihat permainan yang bagus. Pemain bisa bermain bebas. Kami merasa begitu merdeka,” kata Ketua Umum Persema yang juga Wali Kota Malang Peni Suparto di sela-sela pertandingan. ”Tidak ada lagi tekanan atau ancaman seperti dahulu. Kami seperti merasakan sebuah kebebasan,” ujarnya.

Selain dihadiri penggagasnya, Arifin Panigoro, laga perdana Liga Primer Indonesia (LPI) juga dihadiri para tokoh, antara lain Anas Urbaningrum, Komaruddin Hidayat, Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Irwandi Yusuf, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Irjen Edward Aritonang, Panglima Kodam Diponegoro Mayjen Langgeng Sulistyono, Wali Kota Malang Peni Suparto, Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, dan Wali Kota Solo Joko Widodo.

Atmosfer stadion semarak, dipenuhi gemuruh penonton yang juga meneriakkan kekecewaan mereka kepada PSSI dengan kecaman dan seruan kepada Nurdin Halid agar mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI.

Persema, tim yang menyeberang dari Liga Super Indonesia, memperlihatkan pengalaman dan keunggulan mereka dengan mendominasi pertandingan sejak awal. Apalagi, Solo FC yang baru terbentuk selama beberapa pekan tidak tampil maksimal akibat tidak bisa diturunkannya para pemain asing dan tidak didampingi Pelatih Branko Babic akibat terhalang izin kerja.

Irfan Bachdim menunjukkan ia layak bermain untuk tim nasional dengan bermain gemilang dan mencetak dua gol bagi Persema. Setelah beberapa kali membuang peluang, Jaya Teguh Angga membuka keunggulan dengan memanfaatkan umpan tendangan bebas pada menit ke-17. Gol itu sempat dikira off-side oleh barisan pertahanan Solo FC, tetapi wasit mengesahkannya.

Lini pertahanan Solo FC yang begitu longgar membuat Persema leluasa mengancam gawang Ryan Budi Setyawan. Akibatnya, Bachdim bisa menceploskan dua gol ke gawang Solo pada menit ke-27 dan ke-40.

Dominan

Babak kedua, Persema kian mendominasi. Baru dua menit laga berjalan, Robbi Gaspar menambah keunggulan Persema sebelum M Kamri menutup pesta dengan gol pada menit ke-73. Solo FC memperoleh gol hiburan setelah penjaga gawang Persema, Sukasto, melakukan kesalahan. Ia gagal menangkap tendangan jarak jauh Yuned Wibowo.

Manajer Solo FC Totok Supriyanto mengatakan, di luar kekalahan timnya, ia merasa gembira pertandingan perdana LPI bisa berjalan lancar. ”Terima kasih kepada pendukung yang luar biasa. Namun, dari segi hasil, kami kecewa. Semoga kami bisa membenahi kelemahan kami, terutama lini belakang. Kami yakin bisa lebih baik setelah pemain asing bisa turun,” ujar Totok.

Pelatih Persema Timo Schuenemann merasakan atmosfer luar biasa penonton Solo yang memberikan dukungan penuh semangat di tengah guyuran hujan. ”Pasoepati (pendukung Solo) selalu luar biasa. Mungkin banyak kekurangan pada laga perdana, tetapi standar LPI kami harap bisa semakin tinggi. Kalau (kompetisi) dulu bilangnya A tapi kenyataannya B, kami harap LPI kalau A juga A,” ujarnya.

Kapten Persema, Bima Sakti, juga bersyukur, setelah begitu banyak kontroversi dan tantangan, laga perdana LPI bisa berjalan lancar tanpa hambatan. ”Solo FC butuh pengalaman. Saya yakin mereka bakal semakin tangguh, apalagi jika pemain asing mereka bisa bermain,” kata mantan pemain tim nasional ini.

Jangan dihambat

Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Komaruddin Hidayat mengatakan, LPI harus dibiarkan tumbuh tanpa hambatan. Ia berpendapat, kehadiran liga ini justru akan mendorong terjadinya kompetisi sehat dengan liga lain yang lebih dulu ada, yang pada gilirannya meningkatkan persepakbolaan Indonesia.

”Bagi saya, silakan LPI maju terus, LSI maju terus. Pemerintah harus meluruskan siapa pun yang menghambat. LPI harus dianggap sebagai kompetitor yang bersahabat. Ini adalah harapan masyarakat. Jangan lagi harapan dirusak oleh para elite,” ujar Komaruddin, yang juga sering menulis soal sepak bola.

Ketua Umum PSM Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengatakan, PSM siap untuk tampil di LPI. Menurut dia, PSM menyeberang dari Liga Super karena mendukung konsep LPI yang ingin membuat klub mandiri dari dana APBD. ”Beban APBD sudah terlalu berat. Uang Rp 10 miliar lebih baik digunakan untuk membangun lapangan sepak bola yang baik,” ujarnya. (EKI/RAY)

http://cetak.kompas.com/read/2011/01/09/02364773/persema.mengawali.masa.kebebasan.5-1